Kawah Ijen: Indahnya Pesona Blue Fire Kawah Ijen, Banyuwangi – Salah satu destinasi wisata populer di Indonesia yang wajib dikunjungi minimal sekali adalah Kawah Ijen, Banyuwangi.
Selain populer bagi kalangan traveler dalam negeri, warga negara asing juga ramai berbondong-bondong pergi ke sana.
Bukan tanpa sebab, fenomena Blue Fire atau Api Biru di Kawah Ijen-lah yang membuat orang-orang tertarik untuk pergi melihatnya langsung.
Fenomena Blue Fire ini sendiri tercatat hanya bisa dilihat di dua tempat di seluruh dunia, yakni di Kawah Ijen Banyuwangi, Indonesia dan di Islandia.
Baca Juga: Gunung Rinjani: Catatan Pendakian Gunung Rinjani via Sembalun
Beruntung, perjalananku kala itu membuahkan pengalaman yang mungkin tidak semua orang bisa menikmati dalam sekali kunjungan, karena aku dan rekan perjalanan bisa melihat fenomena Blue Fire Kawah Ijen yang tersohor itu dalam kunjungan pertama kami.
Tentang Kawah Ijen, Banyuwangi
Ijen sendiri merupakan sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur. Letaknya persis berada di ujung pulau Jawa ke arah timur.
Karena terletak di perbatasan antara dua kabupaten, maka wisata Kawah Ijen bisa diakses dari dua tempat tersebut. Namun, jalur pendakian Ijen yang paling terkenal adalah melalui Banyuwangi.
Sebagai sebuah gunung berapi, Ijen sendiri memiliki ketinggian 2.386 mdpl. Terakhir meletus pada tahun 1999.
Sebagai sebuah gunung berapi, letusannya tentu akan menyisakan kawah dan sampai sekarang masih aktif. Di dalam kawah itulah kita semua bisa menikmati fenomena Blue Fire.
Di antara semua gunung Indonesia yang populer, Ijen dijadikan destinasi wisata bukan karena eksistensinya sebagai sebuah gunung yang asik untuk didaki.
Tetapi karena eksistensi Blue Fire yang ada di kawahnya dan hanya bisa dilihat pada malam harilah yang membuat orang rela berbondong-bondong pergi jauh-jauh ke sana.
Inilah satu dari hanya dua tempat di mana orang bisa melihat langsung fenomena Blue Fire, seperti yang sebelumnya sudah aku bahas.
Melihat Langsung Indahnya Pesona Blue Fire Kawah Ijen
Dalam tripku kala itu, Ijen merupakan destinasi terakhir yang kami tuju. Setelah tiba di Surabaya dari Jakarta, kami menyempatkan berkunjung ke House of Sampoerna dan tempat-tempat kuliner terkenal di sekitar Surabaya.
Setelah itu, kami berkunjung ke Bromo sebelum melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi untuk menyaksikan fenomena Blue Fire di Kawah Ijen.
Baca Juga: Pendakian Gunung Prau dari Dieng, Mempesona Setiap Waktunya
Perjalanan panjang kami lewati menggunakan mobil, memakan waktu sekitar 10-11 jam perjalanan dari guest house di Bromo, hingga tiba di Hotel Mirah, Kabupaten Banyuwangi.
Beristirahat hanya sekitar 2 jam di hotel, pukul 11 malam kami langsung berangkat menuju Ijen, memakan waktu beberapa jam.
Setibanya di sana kami langsung dibrief oleh seorang pemandu yang menemani kami, dan langsung memimpin perjalanan kami menyusuri dinginnya malam menjelang subuh, sekitar jam 1 malam.

Tak begitu lama, kami tiba di sebuah pos yang dinamakan Pondok Bunder, berada di ketinggian 2.214 mdpl untuk beristirahat sejenak.
Pondok Bunder ini sendiri merupakan warung serba guna yang bisa dimanfaatkan juga untuk beristirahat, menukar pakaian, dan tentunya menyajikan berbagai jajanan hangat seperti teh, kopi, gorengan, mie seduh, dan sebagainya.

Di sana, kami juga menyewa masker untuk melindungi pernafasan dari gas sulfur seharga Rp30.000 per maskernya.
Setibanya di tangga turun menuju kawah, suasana begitu ramai dan memang kami diharuskan untuk segera mengenakan masker yang tadi sudah disewa.
Pekatnya gas sulfur memang langsung mengganggu pernafasan, dan tak hanya itu, pandangan juga menjadi buram.
Jalur setapak dengan tangga yang dibuat dari bebatuan cukup rawan sehingga saat menuruni punggung kawah sebaiknya kita harus ekstra hati-hati, apalagi pandangan dan pernafasan sedang terganggu.
Selain itu, di sepanjang tangga turun, kita juga akan sering berpapasan dengan sesama pengunjung dan petani belerang dengan bawaannya.

Untuk pegangan selama menuruni tangga, kita hanya punya satu pegangan di sebelah kanan arah kita menurun dan tampaknya tidak kokoh bila hanya bergantung padanya.
Maka sebaiknya kita harus bisa mengatur keseimbangan badan, tetap fokus pada pijakan dan jalan di depan, serta upayakan untuk membawa senter agar tidak salah berpijak karena di sana suasananya memang sangat gelap, rawan tergelincir.
Menuruni gunung menuju kawahnya akan memakan waktu beberapa jam, tentu akan bergantung pada stamina kita masing-masing. Yang jelas, Blue Fire tidak akan menunggu kita.
Sesampainya di pertengahan bagian dalam menuju kawah utama, kalau cuaca memang sedang bagus dan gas belerang tidak terlalu pekat, kita sudah bisa melihat Blue Fire dari kejauhan.
Namun, pemandangan tersebut tentu tidak bisa memuaskanku, dan pikirku kala itu, aku harus melihatnya dari dekat. Sekitar 30 menit lagi berjalan menuruni, aku sudah tiba tepat di bibir kawah dan bisa menyaksikan fenomena Blue Fire yang terkenal itu dari dekat.


Beberapa jepretan Blue Fire Kawah Ijen berhasil kuabadikan langsung dari dekat, setelah itu langsung gantian dengan pengunjung lain yang sudah memadati antrian.
Apalagi, pekatnya gas sulfur sangat mengganggu pernafasan dari dekat situ sehingga aku buru-buru mendaki naik meninggalkan kawah utamanya.
Dan yang pasti, pengalaman itu sungguh membuatku bangga karena ternyata tidak semua orang bisa menyaksikan pesonanya langsung dari dekat, di depan mata.
Saat hari mulai terang, ternyata pemandangan di dalam kawah Gunung Ijen ini juga menarik untuk dinikmati dan diabadikan.
Suasana di Kawasan Gunung Ijen di Kala Langit Terang
Tanpa banyak pertimbangan, aku dan rekan perjalananku pun langsung eksplor ke berbagai titik untuk mengabadikan pesonanya.
Dari jauh, saat hari sudah mulai terang, kaldera dan danaunya jelas terlihat dan sangat indah. Cocok untuk dijadikan pemandangan pagi hari yang menyegarkan.
Tapi, kabut pagi masih tetap menyelumuti sekitaran kawah bercampur dengan gas sulfur yang menyebar sampai ke puncak gunung.
Sekilas, pemandangan tersebut tampak seakan-akan tebing batu yang ada di sekitarnya seperti sedang tertutup oleh salju.
Suhu yang ada di sana sebenarnya mirip seperti suhu gunung pada umumnya, tetapi tidak terlalu dingin seperti dibandingkan gunung lainnya. Mungkin yang membedakannya karena di sekitaran kawah ini sangat jarang tumbuh pepohonan dan adanya uap panas yang rutin menyembur, bisa jadi faktor juga.
Tapi yang pasti, tetap sediakan jaket dan baju tebal agar tetap nyaman saat menjelajahi Gunung Ijen ini.
Dan setelah keluar dari kawahnya, tepatnya di puncak Gunung Ijen, kita bisa melihat para penjual kerajinan tangan dengan bahan baku belerang, ada juga yang menjual abu belerang untuk perawatan tubuh, dan sebagainya.

Ada beberapa penjual yang kala itu tampak menjajakan dagangannya. Kerajinan tangan yang dijual pun beragam-ragam, dan yang pasti, semuanya terbuat dari belerang asli Kawah Ijen.
Lokasi Geografis Gunung Ijen
Kalau kamu bertanya, “Kawah Ijen dimana?”, sebenarnya jawabannya sudah dijelaskan di bagian awal artikel ini. Letaknya berada di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso.
Lengkapnya, coba cek peta berikut ini:
Harga Tiket Masuk Kawah Ijen
Harga tiket masuk Kawah Ijen sendiri terhitung sangat terjangkau, bisa kamu lihat secara lengkap di bawah ini (Update Terakhir: Oktober 2019):
Wisatawan Lokal | Harga |
Hari Biasa | Rp5.000 |
Akhir Pekan | Rp7.500 |
Wisatawan Mancanegara | Harga |
Hari Biasa | Rp100.000 |
Akhir Pekan | Rp150.000 |
Mungkin ada juga biaya tambahan lain yang akan dikenakan.
Penutup: Pulang Dengan Kepuasan
Saat traveling, tentu sebelum-sebelumnya kita sudah menentukan tujuan utama traveling itu sendiri. Ada yang ingin menikmati sunrise, menyicip kuliner khas, mengoleksi produk budaya, mengabadikan pemandangan, mengunjungi objek wisata yang paling populer, bahkan ada juga yang penting menginjakkan kaki.
Untukku, perjalananku ke Ijen secara khusus untuk melihat langsung pesona Blue Fire yang ada di sana. Sayang bila sudah jauh-jauh road trip dari Surabaya, trekking beberapa jam di tengah malam tapi tetap tidak bisa menikmatinya langsung.
Untungnya, aku berhasil tiba tepat waktu di bibir kawah dan melihat langsung api biru menyala di dalamnya.
Bagiku, perjalanan ke Ijen sangat menarik dan membuat ketagihan. Kalau biasanya aku mengeksplor satu tempat cukup hanya sekali saja, kalau ke Kawah Ijen aku bersedia berkali-kali 😀
ARTIKEL LAINNYA:
- Berpetualang 2 Hari 1 Malam di Lampung Selatan
- Pulau Sebuku Lampung Selatan: Menjelajahi Pulau Sebuku Besar dan Kecil
- Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
- Nyobain MRT Jakarta, Berikut Rute Lengkap dan Tarif MRT Jakarta
- Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
- Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Cikuray, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
- Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
- Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
- Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah
- Pantai Ladeha di Nias Selatan, Sumatera Utara
- Wisata Singkat ke Stone Garden, Padalarang, Bandung
- A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
- A Day Trip Without Digital Tech
- Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
- [Infographic] 10 Top Travel Hacks
- Kunjungan ke Floating Market Lembang
- Gereja Katedral Jakarta: Gereja Katolik Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga
- Wisata ke Tebing Keraton Bandung
- Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
- Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
- Gunung Batu Lembang, Jawa Barat
- Bira Island, Pulau Seribu
- Floating Market, Bandung
- Rafflesia Arnoldii, Festival Bumi Rafflesia, Bengkulu
- Lesehan Pancur, Curup, Bengkulu: Jamuan Siang Kala Menjelajah Bengkulu
- Gunung Papandayan: Sebuah Pendakian yang Cocok Menjadi Weekend Getaway
- Menjelajahi Mangrove Forest Nusa Lembongan, Bali
- Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
- Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
- Pendakian Gunung Sindoro 3.153 Mdpl via Jalur Kledung, Jawa Tengah
- Barleu Coffee Bandung, Minimalis di Remangnya Bandung Malam
- Theme Park Hotel Resort World Genting Highlands, Kuala Lumpur
- Bunga Bangkai: Konservasi Amorphophallus Titanum di Bengkulu
- Hamparan Bunga, Pesawat, dan Indahnya Alam di Danau Mas Harun Bastari, Bengkulu
- Pendakian Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat
- Menelusuri Sejarah Rokok Sampoerna di House of Sampoerna, Surabaya
- Menikmati Sedapnya Hidangan Bubbles and Bites, Genting Highlands
- Menelusuri Sejarah & Perkembangan Genting Highlands di The Visitors’ Galleria
- First World Hotel Genting Highlands, Hotel Terbesar di Dunia Ada di Malaysia
- Motorino Pizza Malaysia, Sajian Lengkap ala Italia di Genting Highlands
- Awana SkyWay, Gondola Berlantai Kaca di Genting Highlands
- Singgah di Pulau Sebesi, Lampung Selatan
- Pengalaman Transit di My Studio Hotel City Center Surabaya
- Download Ebook: Tips Mendaki Gunung
- Menanjaki Gunung Ciremai 3.078 Mdpl, Garut, Jawa Barat
- The Food Factory: Sarapan Dengan Segudang Pilihan Makanan Tersaji dalam Buffet-Style
- Gratis Coba GrabWheels di The Breeze BSD, tapi Naiknya Penuh Perjuangan!
- 5 Destinasi Alam Indonesia yang Wajib Dikunjungi Tahun Ini
- Berkunjung dan Mengeksplor Museum Negeri Bengkulu
- [Review PegiPegi] Dengan PegiPegi, Bepergian Tak Pernah Semudah Ini!
- Ambrogio Patisserie, Tempat Nongkrong Asik di Bandung
- Indahnya Pulau Umang-Umang di Lampung Selatan
- Panduan Lengkap Berkunjung ke Kawah Ijen
- Serunya Snorkeling di Lagoon Cabe, Gunung Krakatau
- Mendaki dan Melihat Langsung Sisa-Sisa Letusan Gunung Krakatau
- Menikmati Sunrise Gunung Bromo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
- Big Bird Airport Shuttle, Satu Lagi Alternatif Transportasi Dari dan Ke Bandara
Habis Kenyang Kulineran, Beli Oleh-oleh Dulu di Pasar Khatulistiwa Dusun Bambu
sebuah cerita yang dikemas apik. asyik!
artinya persiapan buat ke ijen ini lebih ke jaket tebal untuk cover badan kita, untunglah suhunya tidak terlalu dingin ya.
Makasih ko.
Sebenarnya justru lebih dingin di bawah pas persiapan mendaki, pas di atas sih ngga terlalu dingin. Mungkin karena ngga banyak pepohonan pas di atas, apalagi di kawahnya haha.
Jadi sebenarnya buat yang ngga suka tempat-tempat dingin, jangan terlalu takut ke Ijen sih.
wow, komplit infonya. makasih kak
keren abis blue fire nya….
perlu stamina buat naik…
Buat sobat travellers yang pengen ke Ijen tapi bingung ga punya partner? Tenang bisa gabung open trip aja.