Pendakian Gunung Sindoro 3.153 Mdpl via Jalur Kledung – Di Jawa Tengah, ada sejumlah gunung indah yang menjadi destinasi pendakian favorit bagi kalangan pendaki.
Setiap kali ada kesempatan untuk mendaki, Jawa Tengah berdiri di antara banyak pilihan untuk dituju.
Semua gunung yang ada di dalamnya menawarkan pemandangan yang begitu indah.
Di antara Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Slamet, hingga Gunung Merapi, terdapat Gunung Sindoro yang selalu menjadi salah satu gunung favorit bagi kalangan pendaki.
Begitu mendapatkan kesempatan untuk melakukan pendakian di Jawa Tengah, Gunung Sindoro menjadi pilihan.
Gunung ini sudah lama menantangku untuk menaklukkannya, dan aku pun menjawab tantangannya.
Never measure the height of a mountain until you have reached the top. Then you will see how low it was. Dag Hammarskjold
Tentang Gunung Sindoro, Jawa Tengah
Gunung Sindoro, atau yang juga kerap disebut Gunung Sundoro, memiliki ketinggian 3.153 mdpl di atas permukaan laut.
Gunung ini terletak di sekitar Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah.
Gunung Sindoro merupakan gunung berapi aktif berkarakter gunung kerucut tipe Strato, dan terakhir sekali meletus tahun 1971 silam.
Baca Juga: Gunung Rinjani: Catatan Pendakian Gunung Rinjani via Sembalun
Bersama Gunung Sumbing yang berhadapan dengannya, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing kerap dianggap sebagai ‘Gunung Kembar’ dalam artian harafiah karena mirip bentuknya dan lokasinya pun berhadapan sangat dekat.
Gunung Sumbing dan Sindoro selalu dijadikan target pendakian, terutama bagi pendakian tek-tok, di mana kedua gunung berusaha ditaklukkan dalam waktu yang berdekatan.
Apabila dikaitkan pula dengan Gunung Slamet, maka Gunung Sindoro, Sumbing, dan Slamet memiliki julukan Triple S, tiga dari empat gunung tertinggi di Jawa Tengah yang berawalan huruf S.
Pendakian Gunung Sindoro via Jalur Kledung, Jawa Tengah
Sehari sebelum perayaan Idul Adha, pada hari Kamis tanggal 31 Agustus 2017, sepulang dari kantor, aku dan empat orang rekan pendaki memutuskan Kampung Rambutan sebagai meeting point.
Kenapa kami memutuskan untuk menumpangi bus? Karena tiket kereta bahkan sudah habis 2 minggu sebelum Hari H.
Dan itu pun, setelah tiba di sana, tak ada satu tiket pun tersisa untuk keberangkatan ke Terminal Mendolo Wonosobo.
Alhasil setelah kebingungan sembari mencari berbagai alternatif transportasi lainnya, kami pun berkesempatan untuk menumpang bus ekstensi berbentuk Bus Pariwisata menuju Terminal Purwokerto dengan tiket per orang dihargai Rp 200.000. Mahal!
Baca Juga: Kawah Ijen: Indahnya Pesona Blue Fire Kawah Ijen, Banyuwangi
Bus tersebut pun memang sengaja disediakan mengingat banyaknya jumlah pemudik yang terlantar kehabisan tiket pulang.
Segera kami memasuki bus nyaman tersebut karena memang sudah jam 10 malam, dan kami pun sudah kelelahan.
Setelah sekitar 10 jam perjalanan, tibalah kami di Terminal Bulupitu, Purwokerto. Di sana kami menyempatkan diri untuk sarapan dan mengisi ulang baterai ponsel.
Setelah itu kami menyewa sebuah angkutan kota bersama tiga penumpang lainnya yang hendak mendaki Gunung Prau menuju Wonosobo.
Kami sendiri menumpangi angkutan kota tersebut hingga basecamp Gunung Sindoro via Kledung, sementara tiga penumpang lainnya turun di Terminal Mendolo Wonosobo.
Perjalanan dari Terminal Bulupitu ke basecamp Gunung Sindoro via Kledung memakan waktu 4 jam lebih.
Tiba di sana kami segera mempersiapkan diri untuk memulai pendakian sembari mencari tumpangan pulang untuk langsung menuju Jakarta.
Kami pun mendapati agen bus travel yang siap mengantar kami hingga Jakarta dengan harga yang menurut kami wajar. Segera kami menyetujuinya. Itu artinya angkutan pulang ke Jakarta sudah aman.
Setelah itu barulah kami mendaftarkan diri di basecamp untuk memulai pendakian. Karena hari sudah siang menjelang sore dan khawatir tidak mendapatkan spot untuk mendirikan tenda, ojeg menjadi andalan kami untuk ditumpangi hingga menuju Pos 1,5.
Dari pos itu, pada hari Jumat, 1 September 2017, kami memulai pendakian ke Gunung Sindoro via Jalur Kledung.
Tim pendaki kami terdiri dari Walter Pinem, Brian Fau, Leo Harefa, Boyn Turnip, dan Lia Simatupang.
Jalur dan Waktu Tempuh Pendakian Gunung Sindoro via Kledung
Jalur Pendakian |
Ketinggian |
Waktu Tempuh |
Basecamp – Pos 1 | ± 1900 mdpl (Pos 1) | ± 20 – 30 menit |
Pos 1 – Pos 2 | ± 1980 mdpl (Pos 2) | ± 1 – 1,5 jam |
Pos 2 – Pos 3 | ± 2350 mdpl (Pos 3) | ± 2 – 3 jam |
Pos 3 – Sunrise Camp | ± 2423 mdpl (Sunrise Camp) | ± 20 – 40 menit |
Sunrise Camp – Pos 4 | ± 2838 mdpl (Pos 3) | ± 1 – 2 jam |
Pos 4 – Puncak Gunung Sindoro | 3153 mdpl (Puncak Sindoro) | ± 1 – 2 jam |
Rincian Jalur Pendakian
Basecamp – Pos 1 (± 20 – 30 menit)
Dari basecamp menuju Pos 1, terdapat dua opsi untuk mencapai Pos 1; trekking seperti biasa atau pun menggunakan ojeg.
Saranku, lebih baik menggunakan ojeg bila buru-buru hendak berebut lapak untuk mendirikan tenda.
Apabila menaiki ojeg, biaya yang dikenakan per Agustus/September 2017 adalah Rp 20.000 – Rp 25.000 per orang dengan waktu tempuh sekitar 10-15 menit.
Kondisi jalan cukup berbahaya, jadi jangan lupa meminta pengojeg untuk berhati-hati membawa motornya.
Bila ingin menikmati proses pendakian dari awal sampai akhir murni berjalan kaki, trekking seperti biasa tentu menjadi opsi yang tepat.
Yang pasti, sepanjang perjalanan masih diselimuti dengan perkebunan dan perumahan warga Kledung.
Pos 1 – Pos 2 (± 1 – 1,5 jam)
Menuju Pos 2, kondisi jalur pendakian mulai terjal dan sulit untuk dilalui. Bongkahan batu yang besar plus jalur yang berkelok harus dilalui.
Tidak melulu menanjak, jalur menuju Pos 2 juga ada naik-turunnya, jadi nikmati saja 😀
Pos 2 – Pos 3 (± 2 – 3 jam)
Dari Pos 2 ke Pos 3, pendakian ke Gunung Sindoro baru benar-benar dimulai. Jangan berharap treknya masih sedikit santai seperti di jalur sebelumnya.
Tingkat kemiringan sudah makin meninggi dan kondisi jalanan yang berbatu akan semakin menguras energi.
Belum lagi, Jarak dari Pos 2 ke Pos 3 terhitung jauh sehingga akan sangat menguras tenaga mengingat kondisi jalan memang makin sulit.
Pos 3 merupakan pos yang disarankan untuk mendirikan tenda. Selain areanya yang luas dibandingkan pos lainnya, Pos 3 juga lumayan tertutup dengan pepohonan sehingga lebih nyaman untuk bermalam.
Pos 3 – Sunrise Camp (± 20 – 40 menit)
Bila kamu lebih suka menyaksikan sunrise langsung dari tenda, Sunrise Camp yang beradatidak jauh dari Pos 3 tentu sangat layak untuk dijadikan tempat bermalam.
Lokasinya cukup luas untuk menampung banyak tenda. Namun,area ini tidak terlalu tertutup oleh pepohonan sehingga kurang layak untuk dijadikan tempat bermalam yang nyaman.
Sunrise Camp – Pos 4 (± 1 – 2 jam)
Perjalanan menuju Pos 4 Area Batu Tatah Gunung Sindoro jauh lebih susah dari pendakian pos ke pos sebelumnya. Jalanan makin terjal dan bebatuan yang harus dilewati semakin luas.
Namun di sepanjang perjalanan, bila kamu memutuskan untuk summit attack saat subuh, pemandangan yang bisa kalian nikmati begitu indah. Sumbing di belakang seakan mengawasi dan menemani pendakianmu menuju Puncak Gunung Sindoro.
Pos 4 – Puncak Gunung Sindoro (± 1 – 2 jam)
Sebenarnya di Pos 4, meski memang areanya terbuka, cocok dijadikan tempat untuk menyaksikan sunrise sembari menikmati pemandangan Gunung Sumbing yang begitu dekat, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi yang berhadapan hingga gunung lainnya di sekitar Jawa Tengah dari ketinggian.
Namun, jangan terlalu lama berhenti di Pos 4 karena tempatnya begitu terbuka. Tak jauh dari Batu Tatah, jalur pendakian yang begitu miring harus terus dilewati.
Kamu pun dipaksa untuk melewati “6 Tanjakan Penyesalan” yang super PHP. Aku pribadi mengira bahwa puncak hanya tinggal setanjak lagi, ternyata masih ada beberapa tanjakan lagi yang begitu curam yang harus didaki sebelum mencapai puncak.
Di sepanjang perjalanan juga terdapat padang bunga edelweiss. Pokoknya sensasi pendakian Gunung Sindoro akan terasa semakin menyenangkan.
Puncak Gunung Sindoro 3153 Mdpl, Jawa Tengah
Setelah kurang lebih 9 jam efektif mendaki Gunung Sindoro, akhirnya tim pendakianku tiba di Puncak Gunung Sindoro meskipun tidak berbarengan.
Suasana di puncak begitu ramai ketika itu. Namun, karena beberapa kali beristirahat sembari menikmati sunrise di tengah perjalanan, kami tiba sekitar pukul 6:20 WIB dan harus segera mengakhiri ‘sesi selebrasi menggapai puncak’ karena gas sulfur yang begitu menyengat dan mulai mengganggu pernafasan.
Tak sampai 10 menit, setelah puas berfoto, kami pun memutuskan untuk segera turun. Arah angin ketika itu tidak terlalu baik sehingga gas sulfur dari kawah Gunung Sindoro yang masih aktif begitu mengganggu.
Kami juga tidak sempat mengitari kawah Gunung Sindoro. Sangat disayangkan tentunya. Tapi yang pasti, tim pendakianku pada hari itu menuntaskan misi untuk menaklukkan Gunung Sindoro di ketinggian 3153 mdpl.
Kesan Mendaki Gunung Sindoro
Sama seperti setiap pendakian, pendakian ke Gunung Sindoro meninggalkan kesan yang sangat berharga.
Bermula ketika mendaki Gunung Merbabu, aku sudah menantikan kesempatan untuk mendaki Gunung Sindoro yang kala itu terlihat sangat megah dari Puncak Gunung Merbabu pada tahun 2014 silam.
Kesempatan tersebut baru bisa kumanfaatkan di tahun 2017. Sedari awal, kami sudah mewanti-wanti betapa susah jalur pendakian yang akan dilewati.
Dan benar, jalur pendakian Gunung Sindoro via Kledung menjadi jalur pendakian yang paling susah menurutku sejauh ini.
Jarak antar pos, karena memang posnya cuma sedikit, begitu jauh sehingga sedikit menurunkan mental.
Belum lagi kondisi jalur dan tingkat kemiringan tanjakannya yang harus dilewati menjadi tantangan berat tersendiri.
Juga, “6 Tanjakan Penyesalan” kerap memberikan harapan palsu terkait keberadaan puncak, karena ketika melihat tanjakan yang begitu curam, kita kira puncak berada di ujung tanjakan tersebut.
Padahal, masih ada beberapa tanjakan curam seperti tanjakan-tanjakan sebelumnya yang harus dilewati. Benar-benar akan menguras tenaga.
Selain itu, kondisi di sepanjang jalur pendakian Gunung Sindoro lebih banyak terbuka daripada tertutup oleh pepohonan. Ada baiknya dan tentu ada pula buruknya.
Baiknya, kita bisa sembari menikmati pemandangan di sekitar, begitu indah karena keterbukaan tersebut.
Buruknya, karena terbuka kita jadi mudah diterpa kencangnya angin selama pendakian.
Jadi, jangan terlalu sering dan lama berhenti selama pendakian, terutama summit attack saat subuh, demi menghindari risiko hipotermia.
Dan secara keseluruhan, Gunung Sindoro tentu selalu bisa menjadi destinasi pendakian yang begitu menyenangkan dan layak di setiap kesempatan.
Kalau kamu punya kesempatan untuk mendakinya, jangan sia-siakan kesempatan itu.
Biaya Pendakian ke Gunung Sindoro dari Jakarta
Dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Langsung ke Wonosobo:
- Bus Sinar Jaya – Terminal Mendolo: ± Rp 85.000 per orang
- Terminal Mendolo – Basecamp Kledung: ± Rp 10.000 – Rp 20.000 via minibus
- Pendaftaran pendakian di basecamp Kledung: ± Rp 15.000 per orang
- Ojeg – Pos 1,5: Rp 20.000 – Rp 25.000 per orang
Dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Transit di Purwokerto:
Dalam beberapa kasus, pasti ada saja pendaki yang kehabisan tiket untuk langsung menuju Terminal Mendolo Wonosobo.
Oleh karena itu, Purwokerto kerap dijadikan tempat transit yang tepat karena cukup mudah menuju Wonosobo darinya. Berikut rincian biaya transportasinya:
- Bus: ± Rp 70.000 – (untuk musim libur bila tiket sudah habis, harga tiket bus ekstensi bisa mencapai Rp 200.000 – Rp 250.000)
- Terminal Purwokerto – Basecamp Gunung Sindoro: Rp 80.000 per orang via minibus
- Pendaftaran pendakian di basecamp Kledung: ± Rp 15.000 per orang
- Ojeg – Pos 1,5: Rp 20.000 – Rp 25.000 per orang
Siapkan juga dana darurat untuk keperluan tak terduga lainnya.
Penutup
Itulah catatan pendakianku ke Gunung Sindoro via Jalur Kledung, Temanggung, Jawa Tengah. Yang pasti, Gunung Sindoro akan setia menyajikan pengalaman mendaki yang menyenangkan dan tak terlupakan.
Jangan lupa untuk menjaga kelestariannya karena gunung adalah milik kita bersama, dan hak kita untuk menikmati keindahan dan keasriannya. Mari tetap mempertahankannya. Semoga bermanfaat dan salam lestari!
ARTIKEL LAINNYA:
- Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
- Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Cikuray, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
- Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
- Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
- Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah
- Pantai Ladeha di Nias Selatan, Sumatera Utara
- Wisata Singkat ke Stone Garden, Padalarang, Bandung
- A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
- A Day Trip Without Digital Tech
- Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
- [Infographic] 10 Top Travel Hacks
- Kunjungan ke Floating Market Lembang
- Gereja Katedral Jakarta: Gereja Katolik Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga
- Wisata ke Tebing Keraton Bandung
- Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
- Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
- Gunung Batu Lembang, Jawa Barat
- Bira Island, Pulau Seribu
- Floating Market, Bandung
- Rafflesia Arnoldii, Festival Bumi Rafflesia, Bengkulu
- Lesehan Pancur, Curup, Bengkulu: Jamuan Siang Kala Menjelajah Bengkulu
- Gunung Papandayan: Sebuah Pendakian yang Cocok Menjadi Weekend Getaway
- Catatan Perjalanan Menjelajahi Nusa Ceningan, Bali
- Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
- Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
- 8 Foto Pemandangan Sunrise dan Sunset Indah di Gunung
- Ini 7 Rekomendasi Gunung Terbaik Favorit Pendaki di Pulau Jawa
- Pendakian Gunung Prau dari Dieng, Mempesona Setiap Waktunya
Informatif sekali tulisannya. Untuk trek berat mana sama Sumbing mas? Karena pas nanjak sumbing, ingatan jalur engkol2 ga bisa hilang diingatan.. ?
Terus, saya dengar Sindoro kurang aman katanya ya? Banyak malingnya. Bener ga tuh mas? Hehe
Sumbing sebenarnya masih lebih berat, terutama karena lebih tinggi dan terjal.
Untuk masalah banyak maling atau engga kurang tau kalo di Sindoro, karena pas disana ngga denger isunya dan ngga pernah kejadian
Tulisan nya bagus gan rapih , jadi enak baca nya . foto nya juga keren 2 .
makasih om
Mantab banget gan LANJUTKAN , kalo perlu hiking bisa intip toko kita
Assalamu’alaikum..
kak, mau nanya tau no.HP basecamp di kledung nggak??