Pendakian ke Gunung Semeru 3.676mdpl – Jawa Timur – Pengantar – Indonesia memiliki terlalu banyak tempat ‘mewah’ dengan nuansa alam yang terlalu sayang jika tidak dieksplorasi dan dinikmati.

Gunung Semeru beserta keindahannya hanyalah segelintir dari contoh nyatanya.

Gunung Semeru sendiri sangat populer bagi kalangan pendaki dan pecinta alam secara khusus, bahkan membuat mereka yang belum pernah menaklukkannya sangat ingin untuk mencapai puncaknya.

Menaklukkan Gunung Semeru bisa dikatakan merupakan impian setiap pendaki dan pecinta alam di Indonesia.

But in every walk with Nature one receives far more than he seeks.

Tentang Gunung Semeru

Gunung Semeru
Gunung Semeru

Kepopuleran Gunung Semeru tak lepas dari keindahan alam yang ditawarkannya. Gunung tertinggi di Pulau Jawa, tertinggi ketiga sebagai gunung berapi di Indonesia ini, memiliki Puncak Mahameru sebagai puncak tertingginya dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Baca Juga: Wisata ke Gunung Batu Lembang

Gunung Semeru termasuk dalam peta wilayah Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur.

Dan yang mungkin paling dikenal mengenai Gunung Semeru sendiri adalah, paling tidak menurutku, salah satu dari sekian banyak gunung di Indonesia yang paling susah ditaklukkan.


Pendakian ke Gunung Semeru: Sebuah Catatan  Pendakian

Pendakian akan selalu terkenang jika diceritakan dan dituliskan. Dari banyak pengalaman yang telah aku dapatkan selama traveling ke banyak tempat, pendakian ke Gunung Semeru memiliki cerita sendiri yang menurutku akan sangat susah dilupakan.

Baca Juga: Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun

Gunung berapi aktif ini menantang kami untuk menaklukkannya, dan bulan Agustus 2014 lalu, aku dan rombongan pun merasa terpanggil untuk menjawab tantangannya.

Meeting point ditetapkan di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS-Surabaya), kala itu rombongan kami memiliki 11 orang anggota. Tanggal 27 Agustus 2014 berkumpul di ITS kami memulai perjalanan.

Dari Surabaya kami memulai perjalanan dengan angkutan bus menuju Terminal Bangurasih. Sekitar 3 jam perjalanan dari jam 1 siang, kami tiba di Terminal Arjosari, Malang sekitar pukul 4 sore.

Baca Juga: Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah

Kala itu kami memilih Jalur Ranu Pani Tumpang sebagai jalur utama kami untuk menaklukkan Gunung Semeru, jadi kami menuju Tumpang di Kabupaten Malang.

Di sana kami dianjurkan untuk menaiki jeep. Kapasistas normal jeep itu sendiri bisa dinaiki oleh 15 orang, namun rata-rata pemilik angkutan ini menganjurkan agar setiap jeep hanya diisi oleh maksimal 13 orang.

Mungkin dengan alasan overcapacity atau sebagainya. Tapi yang pasti, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewanya kala itu adalah sekitar Rp 650.000,- sekali jalan per rombongan (bukan per orang).

Kala itu kami tiba di Ranu Pani sekitar pukul 6 sore, sementara jalur pendakian ditutup mulai jam 4 sore dan dibuka keesokan harinya pukul 7 pagi setiap harinya.

Baca Juga: Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah

Karena terlambat pada hari itu, kami memutuskan untuk menginap di basecamp Jalur Ranu Pani yang kebetulan kebetulan gubuk di sana dan bisa dihuni oleh sekitar 3 rombongan atau maksimal 20-an orang.

Beralaskan sleeping sebagai peralatan wajib, kami pun menghabiskan malam di basecamp. Esok paginya kami sudah standby di Pos Perizininan sekitar pukul 6 pagi.

Tentu kami mendapat briefing mengenai situasi dan tips pendakian guna lebih mempersiapkan mental agar lebih siap selama pendakian. Rombongan kami juga mendapatkan pemeriksaan peralatan.

Perlu diketahui, salah satu syarat utama dalam pendakian ke Gunung Semeru merupakan peralatan dan fisik; untuk peralatan sendiri setiap anggota harus memiliki 1 buah sleeping bag.

Baca Juga: Pantai Ladeha, Surga Tersembunyi di Pesisir Selatan Pulau Nias

Bagi yang tidak membawa bisa menyewanya di berbagai tempat penyewaan/toko outdoor gears sekitar dengan harga Rp 20.000,- sehari khusus sleeping bag.

Pos Perizinan sendiri buka pukul 7 pagi. Jadi selama briefing sebelum mendaki Gunung Semeru, kami juga punya kesempatan untuk stretching dan sarapan. Sekitar pukul 9.30 pagi kami memulai pendakian.

Starting point pendakian kami adalah Ranu Pani, Tumpang, melewati perkebunan warga dengan jalan beraspal di sepanjangnya hingga gerbang akhir di kaki Gunung Semeru sekitar 500 meter ke depan.

Ketika gerbang akhir kami lewati, jalanan yang sebelumnya beraspal berganti menjadi paving block. Adrenalin kami mulai terpacu ketika itu. Dengan santai tanpa terburu-buru sedikit pun kami menikmati waktu selama pendakian.

Kondisi jalanan dari Ranu Pane menuju Landengan Dowo masih berbentuk paving, jadi menurutku masih sedikit mudah.

Baca Juga: Pendakian Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat

Jarak totalnya dari Ranu Pane Menuju Landengan Dowo adalah 3,5 KM atau rata-rata memakan waktu 1,5 hingga 2 jam untuk pendakian santai. Di sini kita masih bisa melihat perkebunan warga di sepanjang perjalanan.

Dari Landengan Dowo menuju Watu Rejeng, pendakian sudah mulai memasuki hutan. Butuh waktu yang sama untuk tiba di Watu Rejeng. Meski sudah mulai merasakan suasana hutan, jalurnya masih bisa dikategorikan sebagai jalur mudah.

Di sini suhu dingin sudah mulai terasa meski belum akan membuat kita menggigil. Tak lupa untuk menyebutkannya, di sepanjang jalur ini kita juga akan melewati ‘Jembatan Cinta’, sebuah jembatan kecil di atas sebuah kali/sungai.


Ranu Kumbolo: Danau Alami yang Luar Biasa Indah

Selalu ada cerita di Ranukumbolo. #livefolkindonesia

A photo posted by Frederikson Tarigan (@frederiksont) on

Setelah total mendaki Gunung Semeru selama kurang-lebih 4 jam, atau 2 jam dari Watu Rejeng, rombongan kami tiba di Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo sendiri sudah sangat populer keindahannya, bahkan di luar negeri.

Banyak sesama pendaki kala itu yang hanya mendaki Gunung Semeru untuk berkunjung ke Ranu Kumbolo, tidak sampai ke Puncak Mahameru.

Karena Ranu Kumbolo sendiri merupakan tempat yang sangat direkomendasikan untuk mendirikan tenda, kami pun memutuskan untuk bermalam di Ranu Kumbolo sambil tentunya menikmati keindahannya.

https://instagram.com/p/6dqc5BplmE/

ranu kumbolo 1ranu kumbolo 2ranu kumbolo 3

ranu kumbolo 4
Frederikson Tarigan
ranu kumbolo 4
Lupitha Thanaya (Taken by: Frederikson Tarigan)
ranu kumbolo 5
Frederikson Tarigan & Lupita Thanaya
sunset ranu kumbolo
Sunset Ranu Kumbolo (Frederikson Tarigan & Lupita Thanaya)

Di Ranu Kumbolo terdapat sebuah danau alami yang sangat indah. Meski airnya sangat jernih, pengelola Taman Nasional Gunung Semeru tidak memperbolehkan siapapun untuk mandi di sana agar tidak mencemari airnya, terlepas dari dinginnya suhu tentunya.

Di tengah suasana teduh dan indahnya pemandangan sekitar, kami mendirikan tenda di tengah puluhan tenda pendaki lainnya. Keindahan di sekitar danau Ranu Kumbolo membuat siapapun akan takjub. Inilah yang terjadi pada kami semua ketika itu.

savana ranu kumbolo
Savana Ranu Kumbolo (Frederikson Tarigan & Lupita Thanaya)

Pendakian ke Gunung Semeru: Perjalanan Sebenarnya Dimulai

Bagiku, sepasca meninggalkan Ranu Kumbolo dan melanjutkan pendakian menuju Puncak Mahameru, perjalanan yang sebenarnya justru dimulai ketika meninggalkan Ranu Kumbolo.

Alasannya; trek pendakian jauh lebih susah, suhu menjadi lebih ekstrim, spot-spot inti atau populer mulai dilewati, dan Puncak Mahameru sudah mulai terlihat.

Baca Juga: Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah

Menuju Oro Ombo dari Ranu Kumbolo, setiap pendaki tentu harus melewati sebuah tanjakan yang terkenal dengan julukan ‘Tanjakan Cinta’. Sebutannya sendiri memang catchy dan unik.

Selain karena menguras tenaga ketika melewatinya tentunya, penamaan Tanjakan Cinta sendiri berdasar pada sebuah mitos.

Menurut teman pendaki rombongan lain kepadaku, penamaan ini dilakukan karena konon katanya; jika melewati Tanjakan Cinta sambil membayangkan orang yang kita cintai tanpa menoleh ke belakang, kelak ia akan menjadi pasangan hidup kita.

Sayangnya ketika melewatinya dan mengetahui mitosnya, aku sudah sempat menoleh ke belakang.

Sekitar 40 menit perjalanan dari Ranu Kumbolo – Jembatan Cinta – Oro Ombo dengan jarak  total 1 Km, kita diberi kesempatan menikmati keindahan tumbuhan Lavender.

Oro Ombo atau Oro-Oro Ombo sendiri merupakan sebuah lahan luas berisikan tumbuhan Lavender yang tingginya setinggi manusia dewasa.

Baca juga: Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Brastagi – Tanah Karo

Jalur setapak yang dilewati pendaki menjadi pembelah lahan tersebut. Meski indah, namun aku sarankan untuk hati-hati dalam melangkah karena banyak sekali ‘ranjau’ atau bekas hajat manusia yang mungkin akan luput dari pandangan ketika melewatinya.

Mungkin karena tempatnya tertutup, Oro Ombo ini sering dijadikan tempat favorit untuk buang hajat. Ketika kita sampai di Oro Ombo, berarti kita secara resmi telah berada di ketinggian 2.460mdpl.

Dari Oro Ombo menuju Cemoro Kandang akan memakan waktu sekitar 30-45 menit pendakian santai.

Jalur pendakiannya pun menawarkan ‘bonus’ berupa jalur datar. Dari Cemoro Kandang menuju Jambangan tidak jauh beda waktu yang akan dibutuhkan dari sebelumnya. Banyak tumbuhan indah bisa ditemui di Pos Jambangan ini, salah satunya tentu saja Edelweiss.

Baca Juga: Rafflesia Arnoldii: Puspa Langka dan Sebuah Kejutan

Dari Jambangan, kami memasang target untuk bisa tiba di Kalimati lebih awal agar memiliki kesempatan untuk mendirikan tenda demi bermalam sekali lagi.

Memang lahannya luas sehingga bisa menampung banyak rombongan, namun ketika itu rombongan yang mendaki Gunung Semeru sangat banyak, jadi tentunya kami berantisipasi.

Tiba sekitar 30 menit, kami langsung mendirikan tenda di tengah puluhan tenda yang sedikit mengapit kami. Hal buruknya, ruang gerak kami menjadi sedikit terganggu.

Dan hal baiknya, angin kurang leluasa untuk menampar kami selama bermalam. Ketinggian sudah mencapai 2.700mdpl ketika kita berada di Kalimati.

Setelah bermalam, kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian pada malam hari sekitar pukul 11 demi kesempatan untuk menikmati Sunrise dari Puncak Mahameru.

Meski tempat yang dianjurkan untuk bermalam adalah Arcopodo, kami menghemat waktu sebaik-baiknya agar kesempatan ini tak kami lewatkan.

Tak sesuai dari rencana awal, berangkat dari jam 11 malam dari Kalimati, kami harus menunda perjalanan karena terjadi badai. Kami harus menunggu badai reda selama sekitar 8 jam. Menahan dingin? Tentu saja.

Baca Juga: Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu

Bahkan satu per satu korban hipotermia mulai berjatuhan kala itu. Demi menaklukkan Puncak Mahameru, kami rela menunggu selama 8 jam di perjalanan sambil menikmati Sunrise yang cukup indah, meski tak sesuai rencana awal.

Sekitar pukul 8 pagi setelah menunggu badai reda, kami tiba di Puncak Mahameru.


Pendakian ke Gunung Semeru: Puncak Mahameru 3.676MDPL

puncak mahameru
Puncak Mahameru

Perjuangan menuju Puncak Mahameru, Gunung Semeru, Jawa Timur terbayar ketika rombongan pendaki kami tiba di sana.

Kami berhasil menaklukkannya, terlepas dari banyaknya rintangan di perjalanan, dan itu merupakan sebuah kebanggaan dan pengalaman yang tak terlupakan bagi kami semua.

Pemandangan yang ditawarkannya luar biasa mengagumkan. Dan yang lebih mengagumkan lagi, kami semua berhasil menaklukkannya dengan kemampuan kami sendiri.

sunrise gunung semeru
Sunrise Gunung Semeru, diambil saat Summit Attack menuju Puncak Mahameru

puncak mahameru gunung semeru

Puncak Mahameru Gunung Semeru 1
Puncak Mahameru Gunung Semeru

Puncak Mahameru Gunung Semeru 3 Puncak Mahameru Gunung Semeru 2Puncak Mahameru Gunung Semeru 4

Puncak Mahameru, Gunung Semeru, Jawa Timur memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut, menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci dan Gunung Rinjani, serta gunung dengan puncak tertinggi keempat di Indonesia setelah Kartenz, Kerinci, dan Rinjani.

kemiringan gunung semeru

kemiringan gunung semeru 1
Saat Turun dari Puncak Mahameru

Jalur Pendakian Gunung Semeru & Waktu Tempuh dari Ranu Pani, Tumpang, Jawa Timur

Jalur Pendakian Jarak Tempuh Waktu Tempuh
Ranupani – Landengan Dowo 3 km 1,5 jam
Landengan Dowo – Watu Rejeng 3 km 1,5 jam
Watu Rejeng – Ranu Kumbolo 4,5 km 2 jam
Ranu Kumbolo – Oro-Oro Ombo 1 km 30 menit
Oro-Oro Ombo – Cemoro Kandang 1,5 km 30 menit
Cemoro Kandang – Jambangan 3 km 30 menit
Jambangan – Kalimati 2 km 30 menit
Kalimati – Arcopodo 1,3 km 2,5 jam
Arcopodo – Cemoro Tunggal – Puncak Mahameru 1,5 km 3 – 5 jam

Total waktu pendakian bisa mencapai 10 – 13 jam, tergantung fisik dan kondisi pendakian. Jika terjadi badai akan sangat mungkin untuk menunda pendakian selama beberapa jam atau bahkan membatalkan pendakian ke Puncak Semeru.

Suhu atau iklim di waktu melakukan pendakian juga sangat menentukan.


Detail Biaya Pendakian ke Gunung Semeru

Per 2014 s/d –

  • Ketika itu diwajibkan membayar biaya administrasi sebesar Rp 17.500,- per hari di hari biasa hingga Sabtu. Khusus untuk hari Minggu dikenakan biaya Rp 22.500,-.
  • Biaya sewa sleeping bag (peralatan wajib) Rp 20.000,- hingga Rp 45.000,- per hari.
  • Perbekalan dan biaya logistik lainnya bisa mencapai Rp 300.000,- per orang.

Penutup

Gunung Semeru menjadi salah satu destinasi favorit para pecinta alam, terutama pendaki. Keindahan di sekitarnya entah itu Ranu Kumbolo, Kalimati, Oro Ombo bahkan Puncak Mahameru menjadi bagian tak terpisahkan dari Gunung Semeru sendiri.

Bagiku Gunung Semeru harus ditaklukkan minimal sekali dalam seumur hidup.

Pengalaman pendakian ke Gunung Semeru untuk menaklukkan Puncak Mahameru akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi hidupmu, setidaknya sudah menurutku. Selamat menaklukkan dan salam pendaki!

~

All Photos Credited to FREDERIKSON TARIGAN | Narrated by Walter PInem

Baca Juga:

Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun


ARTIKEL LAINNYA:

  1. Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
  2. Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
  3. Pendakian Gunung Sindoro 3.153 Mdpl via Jalur Kledung, Jawa Tengah
  4. Pendakian ke Gunung Cikuray, Jawa Barat
  5. Gunung Slamet: Perjalanan ke Titik Tertinggi Jawa Tengah
  6. Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
  7. Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
  8. Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
  9. Pantai Ladeha di Nias Selatan, Sumatera Utara
  10. Wisata Singkat ke Stone Garden, Padalarang, Bandung
  11. A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
  12. A Day Trip Without Digital Tech
  13. Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
  14. [Infographic] 10 Top Travel Hacks
  15. Kunjungan ke Floating Market Lembang
  16. Gereja Katedral Jakarta: Gereja Katolik Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga
  17. Wisata ke Tebing Keraton Bandung
  18. Famtrip Genting Highlands Kuala Lumpur, Malaysia 2017
  19. Theme Park Hotel Resort World Genting Highlands, Kuala Lumpur
  20. Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
  21. Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
  22. Ambrogio Patisserie, Tempat Nongkrong Asik di Bandung
  23. Barleu Coffee Bandung, Minimalis di Remangnya Bandung Malam
  24. Gunung Batu Lembang, Jawa Barat
  25. Bira Island, Pulau Seribu
  26. Floating Market, Bandung
  27. Rafflesia Arnoldii, Festival Bumi Rafflesia, Bengkulu
  28. Lesehan Pancur, Curup, Bengkulu: Jamuan Siang Kala Menjelajah Bengkulu
  29. Gunung Papandayan: Sebuah Pendakian yang Cocok Menjadi Weekend Getaway
  30. Menjelajahi Mangrove Forest Nusa Lembongan, Bali
  31. Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
  32. Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
  33. Wisata Singkat ke Taman Batu (Stone Garden), Padalarang – Bandung
  34. Menanjaki Gunung Ciremai 3.078 Mdpl, Garut, Jawa Barat
  35. Menikmati Sedapnya Hidangan Bubbles and Bites, Genting Highlands
  36. Indahnya Pulau Umang-Umang di Lampung Selatan
  37. Mendaki dan Melihat Langsung Sisa-Sisa Letusan Gunung Krakatau
  38. Menelusuri Sejarah Rokok Sampoerna di House of Sampoerna, Surabaya
  39. The Food Factory: Sarapan Dengan Segudang Pilihan Makanan Tersaji dalam Buffet-Style

Similar Posts

15 Comments

  1. puncak mahameru memang salah satu yang paling terkenal

  2. Salam pendaki! Keren banget sih gunung mahameru, apa lagi foto fotonya.. Mahameru memang salah satu tempat yang musti lo daki sblum akhir hayat!

    1. bener banget gan, makasih udah berkunjung. salam pendaki! 😀

  3. Foto”nya keren banget.. Salam pendaki.. Memang salah satu gunung yang bener” harus di daki nih..

  4. Yana Mulyana says:

    wah sangat menarik gan, jadi pengen mendaki plus gabung sama komunitas para pendaki

  5. kerennya mahameru..

    sejauh ini sih belum pernah gunung karena sesuatu hal.. semoga aja suatu saat satu hal tersebut dapat dikesampingkan 😀

    salam kenal mas,, kalau berkenan mohon sarannya di blog traveling newbie hehe thank you..

  6. Keren banget gunungnya, jadi keinget film 5 cm, keindahan dan perjuangannya setimpal 😀

  7. Arin Tantina says:

    Kak emng waktu di ranupani yg dianjurin naik jeep itu, nggabisa ya kalo gak pake jeep? Maksudnya, kenaoa kok dianjurin naik jeep? Mohon sarannya ya, makasii

    1. agar lebih cepat dan bisa menghemat tenaga sih harusnya kak

  8. Travel Surabaya Lumajang says:

    Baru pertama kali trekking ke gunung Semeru ,sungguh pengalaman yang luar biasa .ranu kumbolo yang jernih menjadi sumber air minum untuk kami.dan yang paling luar biasa adalah puncak mahameru di ketinggian di atas 3000 mdpl, sesekali erupsi membuat semuanya menjadi pemandangan yang sangat sempurna.sungguh ciptaan tuhan yang luar biasa

  9. gunung ini . banyak kenangan yang kudapat dari sana …
    semeru

  10. Mas koreksi dikit , dari pengalaman saya ya

    Cemoro Kandang – Jambangan 3 km 30 menit

    jalur ini naik dan tanjakkan semua , hanya sedikit landai/turun
    harus 2jam baru bisa sampai , jadi 30menit ini mustahil menurut saya

  11. Wahhh Semeru. Jadi rindu… Udah lama banget rasanya kami gak mendaki, sampai-sampai perut udah offside ke depan gegara kerjaannya sekarang udah duduk-duduk aja…

    Semoga dalam waktu dekat kami bisa kembali mendaki

  12. Rika Ronanda says:

    Pingin banget deh mau daki gunung semeru walapun belum pernah medaki slm dari kaltim

  13. gunung semeru adalah tmpat faporit bagi pencinta alam , tetap menjaga alam dan melindungi kelestariannya trimakasih admin artikelnya

Comments are closed.