- Rafflesia Arnoldii: Puspa Langka dan Sebuah Kejutan – Siapa lagi yang selama ini mengira bahwa Rafflesia Arnoldii adalah Bunga Bangkai?
Jujur aja, sebelum menjadi salah satu peserta dari rangkaian Familiarization Trip #FestivalBumiRafflesia2017 di Bengkulu, aku juga polos seperti kalian.
Sebelumnya, meski bentuknya berbeda, aku kira Rafflesia Arnoldii itu adalah nama lain Bunga Bangkai dan semacamnya yang intinya menjelaskan bahwa keduanya sama.
Padahal tak hanya bentuknya saja, keduanya memang berbeda, dari semua segi berbeda.
Berangkat ke Bengkulu pada tanggal 21 Juli 2017 dari Jakarta, segera kami disambut dengan hangat dan berkenalan dengan tim Alesha Wisata, Dinas Pariwista Bengkulu, Ayo Jalan-Jalan, kerabat dari Blogger Bengkulu, dan rekan-rekan kece lainnya di Bandara Fatmawati.
Kehangatan suasana selama di perjalanan (dan perkenalanku dengan Bengkulu) dilengkapi dengan kabar bahwa kami akan mendapatkan ‘bonus’.
Bila ‘bonus’ biasanya ada di akhir, baru kali itulah aku mendapatkannya di awal. Karena perutku saat itu sudah ‘bersiul merdu’, aku kira bonus yang dimaksud adalah jamuan makan siang. Ternyata, bonus yang ini jauh lebih membanggakan.
Baca Juga: Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
Suatu pengalaman yang sangat langka dan bisa dikata bahwa kami begitu beruntung. Bonus yang dimaksud ternyata adalah mekarnya puspa khas Bengkulu, Rafflesia Arnoldii.
Tak semua orang, bahkan penduduk Bengkulu sekalipun, bisa melihat langsung bunga langka ini ketika sedang mekar ‘lucu-lucunya’.
Tempat mekarnya pun tak bisa sembarang prediksi. Kadang di sini, kadang di sana, kadang di mana-mana, penuh misteri.
Yang pasti, itulah alasan kenapa tidak ada daftar Bunga Rafflesia Arnoldii dalam itinerary #FamtripBengkulu ini.
Baca Juga: Pantai Ladeha, Surga Tersembunyi di Pesisir Selatan Pulau Nias
Tentu sebuah kejutan yang luar biasa bagi kami yang kebetulan berkunjung ke Bengkulu, terutama aku yang baru pertama kali, bisa melihat langsung indahnya sang puspa di habitat aslinya.
Menapak Kaki Menemui Rafflesia Arnoldii, Liku Sembilan, Bengkulu
Sepanjang perjalanan, ada banyak tikungan yang harus kami lewati. Bus besar ini cukup gagah melewati liku demi liku yang dikelilingi berantara yang masih segar terawat.
Di sebuah tikungan yang disebut dengan Liku Sembilan, bus yang kami tumpangi pun diparkir.
Sedikit berjalan, tibalah kami di ‘pintu masuk’. Spanduk dengan pesan ‘Rafflesia Mekar’ segera menyambut.
Tak menunggu waktu lama, trekking pun dimulai khusus untuk menyapa sang puspa langka.
Dari situ kami harus menyusur turun bergelombolan dan tak sabar untuk bisa segera menyapanya.
Untuk memasuki kawasan ini tidak boleh sendiri, harus ada pemandu. Karena tempatnya mekar sedikit tersembunyi, tolehan kepala tak segera mendapati.
Sedikit informasi, kita harus berhati-hati berjalan menyusuri jalan setapak ini karena tersiar beberapa bakal bunga Rafflesia Arnoldii yang bisa rusak bila terinjak.
Sedikit lagi menuruni barulah sang puspa menampakkan diri. Bunga Rafflesia Arnoldii yang kami dapati ternyata sudah mekar tiga hari.
Menurut informasi dari Bapak Devi dan Mas Asnody, yang senantiasa sabar memandu kami, Bunga Rafflesia Arnoldii akan menganugerahi kita bau tak sedap selama 24 jam pertama.
Baca Juga: Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
Hanya saja, dalam 24 jam pertama itulah bentuk bunga ini begitu indah. Karena saat kami berkunjung usianya sudah tiga hari, bunga ini tidak lagi begitu berbau namun sudah mulai layu. Bila mendekat, aroma yang tercium mirip-mirip bau darah, paling tidak menurut Mas Asnody.
Bunga Rafflesia Arnoldii: Boleh Dipandang, Dipegang Jangan!!
Jangan coba-coba menyentuh sang puspa, meski hanya toel-toel manja, karena umurnya pendek – nungguinnya capek.
Sebagai salah satu flora langka yang dilindungi, butuh waktu 1 tahun lebih hingga kita bisa melihatnya lagi. Usianya pun cuma 7 hari.
Jadi, kita punya waktu 7 hari untuk menikmati pesonanya. Setelah menyentuh batas usia, bunga ini perlahan akan menghitam layu.
Dari segi biologis, hal tersebut sangat wajar terjadi. Sebab, Rafflesia Arnoldii tidak memiliki daun yang memungkinkannya untuk berfotosintesis.
Batang pun tidak punya. Bunga ini berjenis parasit sehingga hanya bergantung pada tumbuhan lain sepanjang hidupnya.
Baca Juga: Gunung Slamet: Perjalanan ke Titik Tertinggi Jawa Tengah
Karena usianya tidak panjang maka pandangilah ia dan ajaklah berfoto, karena cuma itulah kesempatan kita menikmati keindahannya. Jangan sampai dirusak, ya!
Jangan heran bila lokasi habitatnya selalu dijaga dan untuk mengunjunginya pun harus selalu didampingi pemandu agar tidak dirusak, terutama oleh mereka yang tidak bertanggungjawab.
Dua Sosok di Balik Nama Rafflesia Arnoldii
Adalah Thomas Stamford Raffles dan Dr. Joseph Arnold yang menjadi dua sosok di balik penamaan Rafflesia Arnoldii. Penamaan tersebut bukan tanpa alasan.
Seperti yang dikutip dari WWF Indonesia, Rafflesia Arnoldii pertama kali ditemukan pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang sedang mengikuti ekspedisi Thomas Stanford Raffles.
Baca Juga: Menanjaki Gunung Ciremai 3.078 mdpl
Pak Devi dan Mas Asnody pun menambahkan, penamaan bunga tersebut merujuk pada dua orang penemunya, yang masing-masing adalah Raffles dan Arnold.
Mitos di Balik Keindahan Bunga Langka Rafflesia Arnoldii
Selain Padma Raksasa, bunga Rafflesia Arnoldii ternyata memiliki beberapa nama lain. Seperti yang dikutip dari Liputan6, oleh beberapa suku asli Bengkulu, Rafflesia Arnoldii disebut dengan Bokor Setan. Yang lain merujuknya dengan nama Ibeun Sekedei atau Cawan Hantu.
Salah satu suku asli Bengkulu yakni suku Rejang memercayai bahwa Rafflesia Arnoldii merupakan bokor (tempat) sirih para penunggu hutan, baik itu berupa makhluk mistis maupun hewan buas.
Dulunya, warga setempat juga menganggap bahwa bila ada bunga langka ini di sekitar desa, itu pertanda ada harimau atau setan.
Lain lagi dengan suku Serawai yang menyebutnya dengan nama Begiang Simpai atau Bunga Monyet.
Baca Juga: Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
Bagi warga suku Serawai, selain tumbuh tanpa musim, ketiadaan daun dan akar membuatnya dipercaya sebagai bunga mistis.
Sebagian warga menyimpulkan bunga itu selain milik penunggu hutan, juga bunga yang muncul karena sisa makanan monyet.
Penutup
Terlepas dari segala keunikan, kelangkaan, penamaan hingga mitosnya di tengah-tengah masyarakat lokal, alangkah beruntungnya kami semua para peserta #FamtripBengkulu yang berkesempatan untuk melihat langsung keindahannya.
Inilah destinasi pertama kami di hari pertama dalam 3 hari 2 malam kunjungan. Masih banyak cerita #PesonaBengkulu lain yang akan tersurat di blog ini. Nantikan terus dan salam traveler!
ARTIKEL LAINNYA:
- Tips Mendaki Gunung Untuk Siapapun
- The Food Factory
- Pendakian Gunung Sindoro 3.153 Mdpl via Jalur Kledung, Jawa Tengah
- Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Cikuray, Jawa Barat
- Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
- Catatan Pendakian ke Gunung Semeru, Jawa Timur
- Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
- Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah
- Famtrip Genting Highlands Kuala Lumpur, Malaysia 2017
- Theme Park Hotel Resort World Genting Highlands, Kuala Lumpur
- Menikmati Sedapnya Hidangan Bubbles and Bites, Genting Highlands
- The Visitors’ Galleria
- A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
- A Day Trip Without Digital Tech
- Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
- [Infographic] 10 Top Travel Hacks
- Kunjungan ke Floating Market Lembang
- Gereja Katedral Jakarta: Gereja Katolik Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga
- Wisata ke Tebing Keraton Bandung
- Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
- Catatan Perjalananku Menjelajahi Nusa Penida, Bali
- Gunung Batu Lembang, Jawa Barat
- Bira Island, Pulau Seribu
- Floating Market, Bandung
- Rafflesia Arnoldii, Festival Bumi Rafflesia, Bengkulu
- Lesehan Pancur, Curup, Bengkulu: Jamuan Siang Kala Menjelajah Bengkulu
- Gunung Papandayan: Sebuah Pendakian yang Cocok Menjadi Weekend Getaway
- Menjelajahi Mangrove Forest Nusa Lembongan, Bali
- Mengintip Persiapan Menyambut Flower Garden Festival 2018 di Taman Bunga Inaya, Bengkulu
- Fort Marlborough: Saksi Sejarah Kekuasaan Inggris di Bumi Rafflesia Bengkulu
- Barleu Coffee Bandung, Minimalis di Remangnya Bandung Malam
- Ambrogio Patisserie, Tempat Nongkrong Asik di Bandung
- Menanjaki Gunung Ciremai 3.078 Mdpl, Garut, Jawa Barat
- Hamparan Bunga, Pesawat, dan Indahnya Alam di Danau Mas Harun Bastari, Bengkulu
- Gunung Slamet: Perjalanan ke Titik Tertinggi Jawa Tengah
- Pendakian Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat
- Pantai Ladeha, Surga Tersembunyi di Pesisir Selatan Pulau Nias
- Bunga Bangkai: Konservasi Amorphophallus Titanum di Bengkulu
2 Comments
Comments are closed.
karena umurnya pendek – nungguinnya capek.
suka deh dengan quote ini!
yahh kok blur sih fotomu kak 🙂 btw thanks yah ada aku di sini wkwk
Hi kak Lenny.
Makasih ya udah singgah ke sini haha
Ciieee udah ada avatar 😀