Pendakian Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat – Mendaki gunung di musim hujan bukanlah ide bagus, itulah hal yang paling kuingat ketika mendaki Gunung Cikuray pertengahan Desember 2014 lalu.
Awalnya, rencana mendaki Gunung Cikuray hanyalah bahan candaan saja. Tapi dari antara rombongan tidak ada yang menyangka bahwa kami benar-benar mendaki Gunung Cikuray ketika itu.
Berawal dari kejenuhan kami di dalam satu kostan, bermain Clash of Clans hingga larut malam setiap hari, dan terkadang berpikir untuk pergi ke suatu tempat untuk sekedar refreshing atau pun sekedar mencari hal baru.
Baca Juga: Wisata ke Gunung Batu Lembang
Saat itu teman-teman sedang mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) di perkuliahan, sehingga waktu yang tepat hanyalah setelah mengikuti ujian terakhir. Hari Jumat, hari terakhir ujian, teman satu kostan mengajakku dan dua orang teman lainnya untuk mendaki gunung. Awalnya belum ditentukan gunung mana yang akan didaki.
Pendakian Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat
Melihat kondisi kami yang begadang setiap hari, kebetulan aku dan seorang temanku tidak dalam kondisi fit karena flu, dan karena belum melakukan pemanasan apapun, maka Gunung Cikuray menjadi pilihan.
Bukan maksud meremehkan Gunung Cikuray, tetapi rencana kami yang sudah lama ingin pergi refreshing, kebetulan dua orang di rombongan kami termasuk aku sendiri belum pernah mendaki Gunung Cikuray, dan kebetulan Gunung Cikuray tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal, maka Gunung Cikuray menjadi tujuan kami ketika.
Baca Juga: Pendakian ke Gunung Semeru
Jujur saja, aku sendiri sebenarnya bimbang sebelum memastikan diri bahwa aku akan ikut dalam rombongan karena kondisi yang tidak fit, tidak pemanasan, dan lagi tidak ada uang (sama sekali) ketika itu.
Dan pada saat itu, seorang teman bersedia meminjamkan aku uang. Dengan Rp 100.000,- untuk berdua, maka kami nekat pergi mendaki Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat.
Kami berangkat subuh dari Bandung pada hari Sabtu sekitar pukul 04:30 WIB agar jalanan tidak terlalu macet dan bisa mendaki lebih awal untuk mendapatkan tempat mendirikan tenda di pos.
Baca Juga: Pendakian ke Gunung Slamet, Jawa Tengah
Malam sebelumnya kami membeli bekal seadanya dengan modal Rp 100.000,- untuk berdua (kami berdua benar-benar kekurangan uang saat itu). Yang pasti rokok, roti coklat dan obat generik menjadi daftar utama dalam bekal tersebut.
Setelah menyempatkan diri untuk tidur beberapa jam, rombongan kami yang berisi 4 orang pun menyambangi Garut dengan dua motor dan 3 tas carrier besar dan 1 ransel besar. Ransel tersebut aku yang bawa dengan wacana akan gantian dengan carrier ketika mendaki (yang pasti aku tidak mau gantian :D).
Baca Juga: Pendakian ke Gunung Merbabu Menantang Merapi
Menembus dinginnya Bandung, ternyata kondisi yang kurang fit benar-benar menyusahkan, dan kami dengan bodohnya tetap memutuskan untuk mendaki. Berhenti sebentar di Nagreg untuk sarapan, duit yang tersisa dari 100ribu sudah tidak cukup untuk mengisi bensin.
Aku dan temanku tersebut berusaha meminta pinjaman kepada saudara dan kerabat (yang pasti tidak berani kepada orang tua). Satu per satu kami hubungi, belum ada yang membalas karena sedang libur dan belum bangun dari tidurnya.
Ada yang membalas tapi kebetulan sedang tidak ada uang di rekening untuk ditransfer. Aku sendiri mendapat pinjaman dari kakak, tetapi ia baru bisa mentransfer jam 11:00 WIB kala itu karena sedang meeting di kantor, sedangkan kami berencana jam 10 sudah harus berada di basecamp Gunung Cikuray.
Untungnya temanku mendapat kiriman dari kerabatnya, dan ketika tiba di Garut kami menggunakan uang kiriman itu untuk membeli bekal pelengkap lainnya.
Kebetulan kami berempat tidak punya uang sisa lagi jika kiriman itu tidak datang. Akhirnya dengan hati tenang kami semua melanjutkan perjalanan.
Baca Juga: Pendakian ke Gunung Sumbing, Jawa Tengah
Sampai di basecamp, bersama dengan rombongan pendaki lain yang hendak mendaki, kami beristirahat sejenak sambil menyantap gorengan dan kopi.
Tak lupa kami mengganti pakaian, mengisi botol-botol minuman, dan merapikan ulang isi carrier agar barang baru bisa tersusun rapi dan barang-barang yang paling dibutuhkan selama mendaki bisa diambil dengan mudah.
Semua siap. Akhirnya kami mulai mendaki. Melewati kebun teh, posko-posko buatan warga, hingga pintu masuk Tanjakan Cihuy dilewati, kami masih bersemangat.
Namun hari ketika itu mulai mendung dan petir menyambar-nyambar sehingga kami harus cepat-cepat sampai ke pos tujuan. Rencana kami ketika itu harus mendaki hingga Pos 3 dan mendirikan tenda di sana sebelum tempat habis direbut oleh rombongan pendaki lain.
Post 3 memang ideal untuk mendirikan tenda karena cukup cepat dituju, spot yang luas untuk menampung beberapa tenda besar, dan tidak terlalu jauh lagi untuk mencapai puncak.
Namun apa daya, rencana hanyalah rencana. Di tengah jalan kami kehujanan. Hujan yang sangat lebat. Cepat-cepat kami mencari tempat teduh, namun pepohonan belum cukup menutup sehingga mau tidak mau kami harus mendirikan bivak darurat.
Lokasinya berada sebelum Pos 2. Kami semua kedinginan, dan kondisiku yang tidak fit karena flu malah tambah parah. Tubuhku menggigil.
Baiknya aku masih bisa meredamnya karena mau tidak mau aku harus bergerak merapikan ikatan bivak, memindahkan carrier di posisi tepat agar tidak kehujanan, dan mengganti bajuku yang basah kuyup. Sayangnya bajuku hampir basah semua, karena sebelumnya tidak membungkusnya dengan plastik (trash bag).
Baju yang tersisa yang bisa kupakai hanya satu tanpa mengganti celana (karena ikut basah), itu pun sudah sedikit basah di sisi-sisinya. Aku juga lupa membawa rain coat, padahal sebelumnya sudah kusiapkan untuk dibawa.
Rencana spontan ini membuatku sangat tidak teliti dalam mempersiapkan kondisi fisik dan segala perlengkapan yang dibutuhkan, dan ini salah satu pelajaran berharga bagiku.
Di bawah bivak, kami menahan rasa dingin sambil merokok. Beberapa rombongan pendaki melewati kami, berhenti sebentar, dan melanjutkan perjalanannya lagi.
Mungkin ingin mendirikan bivak juga, namun tanahnya terlalu miring, dan satu-satunya spot dengan tanah yang datar sudah kami gunakan.
Kami menunggu hingga hujan sedikit reda agar melanjutkan kembali perjalanan karena aku tidak punya rain coat sebagai pelindung. Apalagi baju kering yang tersisa hanya yang sudah aku kenakan saat itu.
Baca Juga: Menanjaki Gunung Ciremai, Puncak Tertinggi di Jawa Barat
Ketika hujan sedikit reda kami melanjutkan perjalanan. Namun tepat di Pos 2, hujan kembali turun lebat. Kali ini lebih lebat lagi dari yang sebelumnya karena badai.
Kami terpaksa berhenti sekali lagi dan benar-benar harus mendirikan tenda di sana. Padahal itu adalah jalur binatang hutan, terutama babi hutan, turun di malam hari untuk menghindari cuaca dingin.
Hanya ada satu spot yang dengan tepat ketika itu. Aku memperhatikan jalur aliran air dan membuat jalur aliran air yang baru agar menghindari tenda kami ketika air mulai banyak mengalir.
Dua orang temanku yang kebetulan sudah sering mendaki dan sudah ketiga kalinya mendaki Cikuray pada saat itu yang mendirikan tenda. Aku dan seorang temanku yang membuat jalur aliran air yang baru.
Setelah tenda jadi dan aliran air yang kubuat sudah selesai, aku langsung mengganti celana, mengeluarkan barang-barang utama, dan langsung masuk ke sleeping bag untuk beristirahat.
Aku langsung tidur karena kelelahan dan kedinginan. Karena baju sudah basah semua, aku tidur tanpa mengenakan baju.
Di malam hari aku menjemur baju-bajuku bahkan mengeringkannya di kompor agar subuhnya bisa lumayan kering untuk kembali digunakan, karena aku sama sekali tidak punya baju kering lagi dan punya temanku juga sudah basah semua.
Subuh sekitar jam 02:00 WIB aku bangun dan mendapati bahwa teman-teman yang lain sudah bangun duluan dan sudah menyiapkan makanan untukku.
Yang paling penting adalah kopi agar semangatku tetap menggebu terlepas bagaimana pun kondisiku saat itu. Tidur, makanan dan kopi membuat tubuhku lumayan fit untuk kembali melanjutkan pendakian.
Akhirnya ketika semuanya sudah dirapikan, semuanya sudah disiapkan sekitar pukul 04:10 WIB kami melanjutkan pendakian. Barang-barang utama kami bawa dan selebihnya kami tinggalkan di tenda di Pos 2. Masih ada 6 pos lagi yang harus kami lalui untuk tiba di puncak.
Menembus malam yang teramat dingin, tubuh masih bisa dihangatkan ketika bergerak mendaki. Kami hanya beristirahat 2 menit dalam setiap 20 menit pendakian.
Jarak Pos 2 dan Pos 3 adalah jarak antar pos yang paling jauh menurutku, untuk itu kami beristirahat sejenak di Pos 3. Di tengah-tengah tenda yang didirikan, kami beristirahat sejenak sambil menyulut rokok.
Masing-masing sebatang sudah habis, kami pun melanjutkan pendakian. Pos demi pos berhasil kami lewati, hingga hari sudah mulai terang, kami beristirahat kembali di Pos 5 untuk menyantap kopi.
Air dipanaskan di kompor portable, dan dua seduhan kopi panas sudah sangat cukup mengembalikan energi dan semangat kami berempat.
Kami kembali melanjutkan pendakian hingga ke puncak tanpa membuang waktu lagi. Kami terhitung cepat untuk sampai ke puncak, lengkap jika dihitung dengan waktu beristirahat di sepanjang perjalanan dari Pos 2.
Pendakian Gunung CIkuray: Tiba di Puncak Gunung Cikuray
Tiba di puncak sekitar pukul 07:05 WIB. Aku dengan bangga menjadi yang pertama tiba di antara rombonganku. Setibanya di puncak aku sedikit terkejut menyaksikan bahwa Puncak Gunung Cikuray seperti PASAR TRADISIONAL!!!
Jumlah orang yang berada di puncak sangat banyak, mengisi setiap sudutnya. Spot untuk berfoto pun sepertinya sangat susah dididapatkan, harus mengantre dengan pendaki lain.
Namun pemandangan dari Puncak Gunung Cikuray benar-benar hasil yang pantas dari harga perjuangan yang sudah kami bayar untuk tiba ke sana.
Terlihat Gunung Ciremai menjulang tinggi menusuk gempulan awan. Di sisi sebaliknya, terlihat pegunungan Papandayan. Hamparan kota Garut juga terlihat, lengkap dengan hamparan daerah pertaniannya.
Pun bibir pantai terlihat di sisi yang lain. Aku tidak tahu percis pantai apa itu, yang pasti biru lautnya terlihat mencerminkan birunya langit cerah sehabis hujan. Indah sekali. Aku tak butuh waktu lama untuk merasa nyaman dan mencintai tempat itu.
Tentu saja kami mengabadikan momen secara bergantian. Harus mendaki hingga tiba di puncak dulu baru bisa mengabadikan momen sendiri di tempat itu, ya kan? Untuk itu kami tentu saja tak mau membuang kesempatan.
Matahari mulai terik menusuk, dan sekitar pukul 09:00 WIB kami memutuskan untuk menyudahi kemenangan kami mencapai Puncak Gunung Cikuray.
Selanjutnya adalah menuruni gunung yang tentu saja tak kalah melelahkannya dengan mendaki. Sama seperti mendaki, kami relatif cepat menuruni gunung.
Kami bergegas menyiapkan perbekalan, merapikan tenda dan barang-barang kami, dan bersama rombongan lain berduyun-duyun menuruni gunung. Tujuan selanjutnya adalah RUMAH!!!
Bagian terberatnya ketika pulang adalah menuruni gunung lengkap dengan barang bawaan. Kaki dan punggung menjadi korban utama karena harus menopang barang bawaan dengan satu tumpuan yang ‘menghancurkan’.
Tak heran jika banyak pendaki yang tubuhnya pegal-pegal justru saat menuruni gunung.
Begitu pun, aku tetap senang dan mensyukuri bahwa aku bisa tiba ke puncak dan pulang dengan keadaan selamat. Aku tidak keberatan jika pun tadinya aku tidak bisa sampai ke puncak melihat kondisiku yang tidak fit.
Dan kenyataannya setelah melalui perjuangan yang menurutku sangat hebat, aku patut berbangga bisa menaklukkan Gunung Cikuray hingga ke puncaknya sama seperti ketika aku menaklukkan Puncak Gunung Merbabu untuk menantang Merapi.
Pendakianku di Gunung Cikuray, Garut – Jawa Barat adalah pendakian keduaku di dua gunung berbeda. Aku masih menantikan kapan pendakianku berikutnya bisa dilakukan dan diwujudkan hingga ke puncak.
Tapi yang pasti pengalaman dan pelajaran yang kudapatkan selama mendaki dua gunung sebelumnya akan aku gunakan dengan baik di pendakian selanjutnya.
Aku berterima kasih banyak kepada teman-temanku selama pendakian: Tyo Stefanus, Bryan Fau, dan Laurentius Edo yang telah menjadi kolegaku di pendakian ini. Tak akan bisa mendaki jika tidak ada mereka, apalagi sampai puncak.
Baca Juga:
ARTIKEL LAINNYA:
- Menanjaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
- Wisata Singkat ke Stone Garden, Padalarang, Bandung
- A Short Visit to Bira Island, Thousand Islands
- A Day Trip Without Digital Tech
- Solo Trip to Taman Alam Lumbini, Berastagi, Tanah Karo
- [Infographic] 10 Top Travel Hacks
- Kunjungan ke Floating Market Lembang
- Pantai Ladeha, Surga Tersembunyi di Pesisir Selatan Pulau Nias
- Wisata ke Tebing Keraton Bandung
- Menjelajahi Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
- Pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah
hello, saya jaka dari malaysia. aku ingin travel to indonesia start from bandung. gunung cikuray aku pingin pergi. bisa gak bagi contact kamu. terima kasih