Bintik lentik di segaris mata indahmu
Kupandangi itu dan kau tetap tersenyum
Senyum tulus
Senyum gembira
Ekspresi kasih yang melekat dalam diri murnimu
Di titik hitamnya aku bisa melihat masa lalumu
Meski tetap kutatap titik itu berharap akulah masa depanmu
Aku memang cemburu, dengan dia yang terbiasa membelaimu
Dengan dia yang terbiasa merasakan belaianmu
Kepadanya tetap kau titip hatimu
Kuperhatikan lekuk wajahmu
Kuperhatikan garis bibirmu
Namun kau tak melihat ekspresiku
Mungkin belum
Atau mungkin takkan pernah
Dirimu dari virtualnya sangat nyata
Pikiran menumpuk kepalaku saat kupandang kotak kecil berisi dirimu itu
Meski jauh
Meski aku tahu mimpi buruk akan selalu memeluk setelahnya
Kukabarkan kepada sahabatku
Tentang cantiknya kau di dunia seberang
Mereka juga kagum
Mereka juga tersenyum, mengikut tulusnya senyummu
Kubagikan impianku bersamamu dengan mereka
Mereka setuju
Mereka mendukung
Bahkan semesta pun ikut mendukung, mestakung!
Kuperintah kumpulan atom menyelimuti dirimu dan diriku
Namun konsistensimu menghempaskan semuanya
Pintarnya hatimu memilih mengabaikan semuanya
Atau mungkin pikiranmulah si pintar itu
Mampu membuat hati ini tak kunjung pulih
Mampu membuat tulusnya hati ini tetap memilih
Meski kau belum tahu seberapa tulus hati ini kusisih
Aku bangga bila hanya bertegur sapa
Itu pun jika kau mau membalasnya
Tapi keinginan sangat jauh dari fakta
Mimpi sangat berbalik dengan realita
Di masa yang kelam sekalipun pasti ada yang membawa cahaya
Di setiap tragedi selalu ada yang bergembira
Padang pasir pun selalu menyediakan air untuk pengembara
Tapi, siapa yang membawa cahaya itu?
Orang seperti apa yang bergembira itu?
Pengembara seperti apa pengembara itu?
Aku mungkin gila
Tapi dirimulah yang membuatku tergila-gila
Akulah si pengecut
Pecundang pun katamu aku tak terkejut
Jauh di sisi terang diriku,
Selalu kuberimajinasi akan masa depanku denganmu
Selalu aku memikirkan langkahku untuk mendekat padamu
Tapi ketakutan sepertinya lebih besar dari perasaan
Begitulah mereka selalu menyimpulkan
Gara-gara kau aku diucap pengecut dan pecundang
Demi perhatianmu aku nyaris dilaknat
Benar mereka berucap, memang
Tapi jika pun bisa
Aku akan tetap menyediakan tempat di hatiku
Untukmu sebagai kekasihku
Sebagai masa depan dan ibu dari anak-anakku
Cepat atau lambat kau akan tahu
Setidaknya itulah yakinku selalu
Berdoalah untukku agar selalu kuat berjuang demimu
Demi tancapan prasasti di hatiku bertulis namamu
“I’m a Coward, Yes I am” – written by Walter Pinem. This is how I describe your feeling to her. Story of a Friend, story of D.S.G.